Selasa, 14 Februari 2017

Puncak Gunung Lawu, Menggapaimu tak Semudah Itu

Ini rencana yang cukup mendadak, kalau kata temen-temen sih mending kalau mau kemana gitu gak usah direncanain mending yang dadakan, kalau direncanain jauh-jauh hari ntar cuman jadi wacana doing haha.

Jadi perjalanan pendakian selanjutnya ini setelah diadakan Musyawarah Besar Himpunan Mahasiswa Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian (pemilihan ketua umum) yang selesai nya jam 01.00 dini hari. Pendakian ini merupakan refresing upgrading setelah suntuk memikirkan acara mubes berhari-hari.
Berangkat dari solo pukul 10.00 pagi mengendarai motor dan sebuah kejutan dijalan yang sudah hujan, tapi kita tetap semangat dan melanjutkan perjalanan. Pendakian kali ini bersama teman-teman seperjuangan. Seperjuangan dibangku kuliah terus seperjuangan juga di satu organisasi. Sampai di basecamp jalur pendakian via cemoro sewu kita makan gorengan dulu dan jajan pentol tawangmangu yang nikmat banget dimakan anget-anget di dinginnya hawa tawangmangu. Setelah kenyang terus solat dhuhur dan asar di jama’ mulailah pendakian. Medan di jalur via cemoro sewu ini diawali dengan jalan bebatuan dan tangga dari batu-batu yang cukup melelah kan karna anak tangganya tinggi-tinggi. Harus ada irama untuk sedikit mengurangi rasa capek di kaki dengan 10 langkah dihitung terus berhenti 10 langkah terus berhenti, hhe ini yang dilakukan oleh teman saya. Banyak batu-batu besar yang ada di tengah jalur sehingga harus perlahan lewat pinggir.
Hari mulai petang, namun sunsetnya tak terlihat karna berada di balik gunung. Langit sudah gelap angin gunung sudah mulai terasa, akhirnya kita memutuskan untuk ngecamp dipos pendakian mendirikan dome. Setelah dome berdiri kita masak air dan masak mie untuk makan malam sekaligus untuk menghangatkan badan kemudian istirahat tidur. Malam semakin larut, semakin kencang pula anginnya dan hujan. Lawu terkenal dengan badainya disertai angin hujan, Alhamdulillah sudah berada didalam dome meskipun juga masih terasa kedinginan.
Keesokan harinya kita melanjutkan pendakian sekitar jam 7 pagi, rencananya mau jam 4 pagi tapi dengan suasana yang terlalu dingin setelah hujan badai semalam akhirnya lebih memilih untuk mengikhlaskan melihat sunrise di puncak. Saat melanjutkan pendakian beberapa langkah tiba-tiba perut terasa mual dan agak pusing, sempat berhenti dan rasanya mau pingsan hha, yaa ini akibat belum makan dan minum apapun. Minum air putih istirahat sebentar dan Alhamdulillah sudah bisa melanjutkan perjalanan lagi.
Setelah melewati jalan tangga bebatuan, kita melewati padang edelweiss tapi sayang pada kering entah akibat habis kemarau atau habis kebakaran. Kita kaget ternyata ada warung di ketinggian gunung lawu ini, gak habis mikir gimana caranya setiap hari harus bawa barang kulakan dari bawah ke atas. Di warung itu ada seorang anak kecil kemungkinan usianya sekitar 4 tahun dan dia pingin ikut kita ke puncak. Memang puncaknya tidak begitu jauh hanya melewati beberapa bukit lagi sampai puncak.


Puncak Mt Lawu 3.265 mdpl !!!
Tugu Hargo Dumilah yang menjadi icon dari puncak gunung lawu ini. Setelah berhenti dan istirahat sejenak karna memang pemandangannya belum terlihat karna sedikit berkabut, kita berfoto ria dulu dengan berbagai tulisan-tulisan (hhe maaf ini dulu masih alay). Jangan lupa kertasnya dibawa jangan ditinggal atau dibuang sembarangan. Dibelakang tugu ada jalan menuju bukit yang ada tiang benderanya (gak tau namanya apa hhe). Di tiang itu bendera HMPELITA dikibarkan, wuiiiih angin bertiup mengibarkan bendera. Semakin siang kabut pun hilang diganti oleh pemandangan luar biasa. Deretan bukit hijau dengan langit biru dan awan putih. Dikejauhan bawah ada beberapa tulisan dari susunan batu yang terlihat, kalau musim hujan daerah itu menjadi telaga.

Setelah puas dengan keindahan dipuncak lawu kita turun, oh ya anak kecil nya minta digendong buat turun, untung saya bawa pasmina akhirnya anak kecil itu saya gendong pakai pasmina yang bentuknya kayak gendongan. Yaah itung-itung latian kalau nanti sudah punya anak diajak muncak minta digendong hhaha. 

Saat turun kita lihat ada lubangan yang ada airnya entah itu di pos berapa, tempat itu sering digunakan untuk pesugihan di kolam itu banyak koin-koin uang rupiah yang dilemparkan ke kolam dan mitosnya buat meminta doa atau apapun. Maklum gunung lawu terkenal mistis.
Alhamdulillah untuk turun gunung kita tidak membutuhkan waktu yang lama karna tidak hujan jadinya bisa lebih cepat.


Finish!!! Ditunggu perjalanan selanjutnyaaah





Jumat, 10 Februari 2017

Perjalanan Pertama (Mt Merapi)

Bismillahirrahmannirrahim…
Jangan lupa awali semua kegiatan kita dengan membaca basmallah, semoga bukan hanya sekedar melakukan sesuatu namun juga berbuah keberkahan.
Yaap ini adalah perjalanan pertama saya.
“Perjalanan selalu melahirkan cinta, kenangan, dan sesuatu yang membuat kita kian dekat dengan Allah” (Asma Nadia – The Jilbab Traveler).

Perjalanan mendaki gunung petama ini saya bergabung bersama Aktivis Perempuan Peduli Lingkungan (Apple), mereka adalah sekumpulan para perempuan-perempuan tangguh yang tampak perempuan gemulai dengan rok dan hijab namun tidak menghalangi mereka untuk bisa peduli dan menaklukan tantangan alam. Kami disini melakukan perjalanan ke puncak Gunung Merapi, bukan hanya sekedar perjalanan namun disini kami mencoba sedikit membantu membersihkan sampah yang ada di jalur pendakian. Merapi terletak didaerah Kabupaten Boyolali dengan ketingan 2.930 mdpl.



Yaa ini adalah perjalanan pertama yang cukup menantang, perjalanan yang dimulai dari basecamp pukul 10.00 malam. Alat yang wajib dibawa adalah senter untuk penerangan setiap kita melangkah, karna kita tidak pertah tau apa yang ada didepan kita atau pun sejengkal pinggir adalah jurang didalam gelapnya malam.
Ibarat suatu perjuangan, naik gunung juga bisa diibaratkan sebuah motivasi untuk meraih cita-cita atau impian kita., puncak gunung adalah target kita yang menjadi impian yang kita raih. 6 jam perjalanan bukanlah waktu yang mudah untuk mendaki gunung ini, maafkan saya yang baru pemula butuh perjuangan extra. Adalakanya lelah dan nafas yang tersendat, maklum bawa berat badan sendiri aja sudah berat. Namun disela-sela perjuangan itu pasti ada sesuatu nikmat dari rasa perjuangan. Indahnya malam saat bentangan kelap-kelip lampu kota terlihat dari lereng gunung, disertai sepoinya angin malam yang menyejukkan, dan merdunya suara goyangan dedaunan pohon. 
Ketika lelah berhenti sejenak menikmati indahnya alam, dan berfikir lebih indahnya lagi ketika sudah mencapai puncak, sehingga rasa lelah ini hilang. Malam semakin larut dan dinginnya hawa semakin merasuk, namun semua itu kalah dengan semangat dan kemauan untuk menyelesaikan tantangan ini.


Puncak!!! Belum sampai tapi sudah terlihat. Jalur bebatuan dan pasir vulkanik yang ada, dari kejauhan di ufuk timur sudah mulai terlihat sinar matahari, kumandang azan Sholat Subuh pun terdengar dari atas ini. MasyaAllah…. Luarbiasa. Sampai puncak langsung terpana dengan keindahan alam bentangan langit. Waktunya solat subuh, Alhamdulillah solat berjamaah. Suatu kenikmatan bersujud didalam ketinggian dengan gemuruhnya suara angin gunung, Maha Besar Allah… dengan segala ciptaannya, sungguh ketika berada diketinggian kita merasa sangat amat kecil. Ya Allah hamba mu ini terlalu hina untuk bisa angkuh dimuka bumi ini.

Menikmati indahnya dalam ketinggian, berfoto-foto ria, mengabdikan moment yang luarbiasa. Sungguh terbayar sudah perjuangan selama mendaki hilang lelah dengan hamparan awan, Yap negeri di atas awan!
Pukul 11.00 kabut mulai turun, pertanda akan hujan. Saatnya turun gunung. Rombongan kita memang tidak ngecamp maka dari itu langsung turun. Jangan lupa bawa sampah mu! ketika turun gunung, dan memungut sampah yang ada dijalur pendakian. Hujan lumayan deras dan jalur pendakian menjadi licin. Hati-hati saat turun meskipun lebih mudah untuk turun. Kebanyakan ngerem karna jalan licin malah sampai ngesot-ngesot meluncur sekalian. 4 jam turun dari gunung. Alhamdulillah sampai basecamp lagi dengan selamat. Rasanya ketika sudah sampai kaki sudah tidak bisa digerakin mau naik tanjakan ataupun turun tanjakan sudah tidak kuat. Oleh-oleh dari gunung badan encok, paha lengan njarem, kalau duduk harus pelan-pelan serasa ibu habis melahirkan haha.


Ini sepotong episode perjalanan pertama mendaki gunung. 

Kalau ditanya kapok gak naik gunung? 
Jawabannya Enggak!!! 
Malah ketagihan hha pengen naik gunung lagi.