Ini
rencana yang cukup mendadak, kalau kata temen-temen sih mending kalau mau
kemana gitu gak usah direncanain mending yang dadakan, kalau direncanain
jauh-jauh hari ntar cuman jadi wacana doing haha.
Jadi
perjalanan pendakian selanjutnya ini setelah diadakan Musyawarah Besar Himpunan
Mahasiswa Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian (pemilihan ketua umum) yang
selesai nya jam 01.00 dini hari. Pendakian ini merupakan refresing upgrading
setelah suntuk memikirkan acara mubes berhari-hari.
Berangkat
dari solo pukul 10.00 pagi mengendarai motor dan sebuah kejutan dijalan yang
sudah hujan, tapi kita tetap semangat dan melanjutkan perjalanan. Pendakian
kali ini bersama teman-teman seperjuangan. Seperjuangan dibangku kuliah terus
seperjuangan juga di satu organisasi. Sampai di basecamp jalur pendakian via
cemoro sewu kita makan gorengan dulu dan jajan pentol tawangmangu yang nikmat
banget dimakan anget-anget di dinginnya hawa tawangmangu. Setelah kenyang terus
solat dhuhur dan asar di jama’ mulailah pendakian. Medan di jalur via cemoro
sewu ini diawali dengan jalan bebatuan dan tangga dari batu-batu yang cukup
melelah kan karna anak tangganya tinggi-tinggi. Harus ada irama untuk sedikit
mengurangi rasa capek di kaki dengan 10 langkah dihitung terus berhenti 10
langkah terus berhenti, hhe ini yang dilakukan oleh teman saya. Banyak
batu-batu besar yang ada di tengah jalur sehingga harus perlahan lewat pinggir.
Hari
mulai petang, namun sunsetnya tak terlihat karna berada di balik gunung. Langit
sudah gelap angin gunung sudah mulai terasa, akhirnya kita memutuskan untuk
ngecamp dipos pendakian mendirikan dome. Setelah dome berdiri kita masak air
dan masak mie untuk makan malam sekaligus untuk menghangatkan badan kemudian
istirahat tidur. Malam semakin larut, semakin kencang pula anginnya dan hujan.
Lawu terkenal dengan badainya disertai angin hujan, Alhamdulillah sudah berada
didalam dome meskipun juga masih terasa kedinginan.
Keesokan
harinya kita melanjutkan pendakian sekitar jam 7 pagi, rencananya mau jam 4
pagi tapi dengan suasana yang terlalu dingin setelah hujan badai semalam
akhirnya lebih memilih untuk mengikhlaskan melihat sunrise di puncak. Saat
melanjutkan pendakian beberapa langkah tiba-tiba perut terasa mual dan agak
pusing, sempat berhenti dan rasanya mau pingsan hha, yaa ini akibat belum makan
dan minum apapun. Minum air putih istirahat sebentar dan Alhamdulillah sudah
bisa melanjutkan perjalanan lagi.
Setelah
melewati jalan tangga bebatuan, kita melewati padang edelweiss tapi sayang pada
kering entah akibat habis kemarau atau habis kebakaran. Kita kaget ternyata ada
warung di ketinggian gunung lawu ini, gak habis mikir gimana caranya setiap
hari harus bawa barang kulakan dari bawah ke atas. Di warung itu ada seorang
anak kecil kemungkinan usianya sekitar 4 tahun dan dia pingin ikut kita ke
puncak. Memang puncaknya tidak begitu jauh hanya melewati beberapa bukit lagi
sampai puncak.
Puncak
Mt Lawu 3.265 mdpl !!!
Tugu Hargo Dumilah yang menjadi icon dari puncak gunung lawu ini. Setelah berhenti
dan istirahat sejenak karna memang pemandangannya belum terlihat karna sedikit
berkabut, kita berfoto ria dulu dengan berbagai tulisan-tulisan (hhe maaf ini
dulu masih alay). Jangan lupa kertasnya dibawa jangan ditinggal atau dibuang
sembarangan. Dibelakang tugu ada jalan menuju bukit yang ada tiang benderanya
(gak tau namanya apa hhe). Di tiang itu bendera HMPELITA dikibarkan, wuiiiih
angin bertiup mengibarkan bendera. Semakin siang kabut pun hilang diganti oleh
pemandangan luar biasa. Deretan bukit hijau dengan langit biru dan awan putih. Dikejauhan
bawah ada beberapa tulisan dari susunan batu yang terlihat, kalau musim hujan
daerah itu menjadi telaga.
Setelah
puas dengan keindahan dipuncak lawu kita turun, oh ya anak kecil nya minta
digendong buat turun, untung saya bawa pasmina akhirnya anak kecil itu saya
gendong pakai pasmina yang bentuknya kayak gendongan. Yaah itung-itung latian
kalau nanti sudah punya anak diajak muncak minta digendong hhaha.
Saat turun
kita lihat ada lubangan yang ada airnya entah itu di pos berapa, tempat itu
sering digunakan untuk pesugihan di kolam itu banyak koin-koin uang rupiah yang
dilemparkan ke kolam dan mitosnya buat meminta doa atau apapun. Maklum gunung
lawu terkenal mistis.
Alhamdulillah
untuk turun gunung kita tidak membutuhkan waktu yang lama karna tidak hujan
jadinya bisa lebih cepat.
Finish!!!
Ditunggu perjalanan selanjutnyaaah